Penjelasan Ulama' Tentang Kebathilan dan Kesesatan Aqidah Tasybih-tajsim




Dari Group MSO-D12 - Nota Aqidah Tauhid ASWJ

Penjelasan tuntas para ulama' Ahlussunnah wal-Jama'ah tentang kebathilan dan kesesatan aqidah tasybih-tajsim yang dibawa, yg diajarkan dan disebar luaskan oleh Ibnu Taimiyah dan Muhammad Bin Abdul Wahhab (MBAW) serta para pengikutnya pada zaman ini.

⭕️ Pengertian tasybih dan tajsim menurut para ulama' Islam :

* Seseorang dikategorikan sebagai musyabbih, yaitu orang yang beraqidah tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) dan sebagai mujassim, yaitu orang yang beraqidah tajsim (menganggap/berkeyakinan bahwa Allah berupa jism/benda), apabila ia berkeyakinan bahwa Allah berupa jism/benda atau ia mensifati Allah dengan salah satu sifat jism/benda, seperti bentuk, ukuran, rupa/gambar, bersemayam/menetap/duduk di atas 'Arsy, beranggota badan, seperti tangan, jari-jemari, muka/wajah, tangan, kaki dan semacamnya, berada di atas langit, naik-turun, tempat, arah dan sifat2 makhluk lainnya.

* Mujassim itu menurut para Imam Madzhab yang empat (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam asy-Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal) dan seluruh ulama' Islam, baik salaf maupun khalaf tidak termasuk dalam kelompok orang yang beriman, tidak termasuk bagian dari kaum muslimin. Diantaranya disebutkan secara tegas oleh Imam asy-Syafi'i -radhiyallaahu 'anhu-, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam al-Hafizh as-Suyuthi (w. 911 H) dalam kitabnya al-Asybah wa an-Nazha-ir, hlm. 488 berikut ini :

"المجسم كافر" .انتهى

 ( رواه الامام الحافظ السيوطي [ ت : ٩١١ هجرية ] 

في كتابه الاشباه و النظائر، ص. ٤٨٨

⭕️ Imam Abu Hanifah -radhiyallaahu 'anhu- menuturkan dalam kitabnya, al-Washiyyah, sebagai berikut :

"ولقاء الله تعالى لاهل الجنة حق

بلا كيفية ولا تشبيه ولا جهة". انتهى

"Bahwa penduduk surga melihat Allah ta'ala adalah perkara yang haqq (pasti terjadi) tanpa (Allah) disifati dengan sifat-sifat makhluk [bi laa kayfiyyah; bi laa kayf],  tanpa menyerupai makhluk-Nya [wa laa tasybiih]  dan tanpa (Allah) berada di suatu arah [wa laa jihah]".

* Ini adalah penegasan dari Imam Abu Hanifah -radhiyallaahu 'anhu- bahwa beliau menafikan arah/tempat dari Allah ta'ala. Dan hal ini salah satu bukti bagi kita semua, bahwa para ulama' salaf ash-shaleh seluruhnya mensucikan Allah dari tempat dan arah, tidak di langit, tidak di arah atas, tidak bersemayam/ tidak menetap/ tidak duduk di atas 'Arsy. Karena itu dapat disimpulkan bahwa para ulama' salaf ash-shaleh seluruhnya meyakini, bahwa Allaah mawjuud,  bi laa kayf, wa laa makaan, wa laa jihah.
* الله موجود  بلا كيف  ولا مكان  ولا جهة.
⭕️ Imam Abu Hanifah -radhiyallaahu 'anhu- juga menuturkan, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Maturidi dan lainnya, sebagai berikut :

"من قال لا اعرف ربي افي السماء هو

ام في الارض فقد كفر". انتهى

 "Barangsiapa yang mengatakan saya tidak tahu apakah Allah berada di langit ataukah berada di bumi, maka ia telah kafir".

* Perkataan Imam Abu Hanifah -radhiyallaahu 'anhu-  ini dijelaskan oleh Imam al-'Izz bin Abd as-Salam asy-Syafi'i dalam kitabnya Hall ar-Rumuz yang menjelaskan maksud perkataan Imam Abu Hanifah -radhiyallaahu 'anhu-,  sebagai berikut :

" لان  هذا القول يوهم ان للحق مكانا

ومن توهم ان للحق مكانا فهو مشبه". انتهى

 "Karena perkataan ini memberikan persangkaan bahwa Allah bertempat, dan barangsiapa yang menyangka bahwa Allah bertempat, maka ia adalah musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya)".

* Penjelasan senada disebutkan juga oleh salah seorang tokoh ulama' madzhab Hanafi, Syekh al-Bayadhi al-Hanafi dalam kitab Isyarat al-Maram.

⭕️ Imam Malik -radhiyallaahu 'anhu- juga mensucikan Allah dari sifat duduk, bersemayam/menetap/bertempat/berada di atas 'Arsy atau semacamnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Hafizh al-Bayhaqi dalam kitabnya, al-Asma' wa ash-Shifat, bahwa Imam Malik menjelaskan tentang makna istiwa' (QS. Thaha : 20 dan lainnya) dengan perkataannya :

" .....استوى كما وصف نفسه ولا يقال كيف

وكيف عنه مرفوع ". انتهى

"......Allah istawa sebagaimana Dia mensifati Dzat/ Hakekat-Nya, tidak dikatakan kayf (sifat-sifat makhluk, seperti bersemayam, menetap, bertempat, duduk dan lainnya) bagi Allah dan kayf (sifat-sifat makhluk) bagi Allah adalah perkara yang mustahil".

* Maksud perkataan Imam Malik ini adalah bahwa Allah maha suci dari semua sifat benda, seperti bertempat, bersemayam/menetap di atas sesuatu, duduk, berada pada arah dan lainnya.

* Adapun riwayat yang mengatakan wa al-kayf majhul adalah tidak benar, tidak shahih dan Imam Malik tidak pernah mengatakannya.

⭕️ Imam Ahmad bin Hanbal -radhiyallaahu 'anhu-' berkata :

"Barangsiapa yang mengatakan  Allah adalah berupa jism/ benda, namun tidak menyerupai al-ajsaam/ benda-benda maka ia telah kafir"

* Perkataan Imam Ahmad ini dinukil oleh salah seorang ahli hadits dan fiqh bermadzhab Syafi'i, yaitu Imam Badr ad-Din az-Zarkasyi (w. 794 H) dalam kitabnya, Tasynif al-Masami' dari pengarang kitab al-Khishal dari kalangan pengikut madzhab Hanbali dari Imam Ahmad bin Hanbal.

⭕️ Salah seorang tokoh ulama' madzhab Hanbali, yaitu Imam al-Hafizh Ibnu al-Jawzi al-Hanbali (w. 597 H) menuturkan dalam kitabnya, Daf'u Syubah at-Tasybih, sebagai berikut :

"ان من وصف الله بالمكان والجهة

فهو مشبه مجسم لله لا يعرف ما يجب للخالق". انتهى

"Sesungguhnya orang yang mensifati Allah dengan tempat dan arah, maka ia adalah musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) dan mujassim (orang yang meyakini bahwa Allah adalah berupa jism/benda), ia tidak mengetahui sifat yang layak bagi Allah (yakni Allaah mawjuud bi laa kayf wa laa makaan wa laa jihah; Allah ada, tidak disifati dengan sifat-sifat makhluk, tanpa tempat, tanpa arah dan tidak membutuhkan keduanya)"

⭕️ Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H) menuturkan dalam kitab Fath al-Bari syarh Shahih al-Bukhari, sebagai berikut :

"ان المشبهة المجسمة لله تعالى هم الذين وصفوا الله

بالمكان والله منزه عنه" . انتهى

"Sesungguhnya golongan musyabbihah dan mujassimah adalah mereka yang mensifati Allah dengan tempat, padahal Allah maha suci dari tempat".

 🔴 Salah seorang tokoh ulama' salaf, yaitu Imam Abu Ja'far ath-Thahawi (lahir : 227 H, wafat : 321 H) -radhiyallaahu 'anhu- berkata :

 " و من وصف الله بمعنى من معانى البشر فقد كفر "

maknanya :

"Barangsiapa mensifati Allah dengan salah satu sifat manusia, maka sungguh ia telah kafir (keluar dari agama Islam; ia bukan seorang mu'min; ia bukan seorang muslim)".

* Di antara sifat-sifat manusia adalah :

- bergerak,

- diam,

- turun dari atas ke bawah (an-nuzuul)

- naik,

- duduk (al-juluus)

- bersemayam (menetap/bertempat di atas sesuatu),

- mempunyai jarak,

- menempel,

- berpisah,

- berubah,

- berada pada satu tempat dan arah,

- berbicara dengan huruf, suara dan bahasa,

- dan lain-lain dari segala sifat makhlu:k-Nya.


🌑 Faidah Penting :

* Para ulama' Islam menuturkan :

⭕️ Barangsiapa yang jatuh dalam salah satu macam kekufuran (i'tiqadi/keyakinan, fi'li/perbuatan dan qawli/perkataan), maka :

* Wajib baginya untuk segera meninggalkan; mencampakkan kekufuran tersebut,

* Dan wajib bagi orang tersebut untuk segera masuk dalam agama Islam dengan cara mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lidahnya (disertai niat dalam hatinya untuk masuk dalam agama Islam)  dan bukan dengan ucapan istighfar atau lainnya.

* Seseorang yang berada kekufuran, jika ia mengucapkan istighfar, sebelum ia mengucapkan dua kalimat syahadat, maka ucapan istighfar tersebut tidak bermanfaat baginya. Masalah ini telah disepakati (ijma') para ulama' Islam.

* Para ulama' Ahlussunnah wal Jama'ah juga telah sepakat (ijma'), bahwa :

⭕️ seseorang yang tergelincir dalam kufur yg jelas (sharih), yakni tidak mempunyai kemungkinan arti lain selain kufur,

⭕️ ia tidak sedang sabq al-lisan (salah ucap/terpeleset lidahnya dlm berkata-kata; hati orang itu tdk menghendaki kalimat itu misalnya)

⭕️ dan tidak dalam keadaan dipaksa dengan ancaman bunuh,

........maka orang tersebut dihukumi kafir, keluar dari agama Islam,  keluar dari keimanan,

* walaupun ia tidak mengetahui bahwa kata yang ia ucapkan itu menyebabkannya jatuh dlm kekufuran,

* walaupun ia dalam keadaaan marah,

* walaupun ia dalam keadaan bercanda/bermain-main/bersenda gurau,

* walaupun ia tidak berniat untuk keluar dari agama Islam.

Oleh Ustaz Abu Nur

Klik link ini untuk join group Nota Aqidah Tauhid ASWJ:
https://telegram.me/aqidah_Islam

0 Comment "Penjelasan Ulama' Tentang Kebathilan dan Kesesatan Aqidah Tasybih-tajsim"

Post a Comment

Thank you for your comments